SMAN 4 Yogyakarta yang berambisi mengejar rekor juara milik De Britto bermain lebih menekan sepanjang pertandingan. Buktinya 82 tembakan mereka ciptakan ke arah ring De Britto. Berbanding 70 milik De Britto.
Namun efektivitas tembakan menjadi pembeda. Dari 82 tembakan milik Patbhe hanya 13 yang berhasil masuk. Sedangkan De Britto lebih efektif, yaitu 20 bola berhasil menembus ring Patbhe.
De Britto juga lebih unggul dalam peroleh three point. Sebanyak empat tembakan three point berhasil mereka lesakkan. Alhasil De Britto mengakhiri laga dengan selisih 11 angka, yakni 48-37.
Pelatih De Britto, Nicko Andrean menjelaskan sebenarnya dirinya tidak menargetkan De Britto menjadi juara karena peta persaingan bola basket sekolah menengah atas Yogyakarta sekarang merata. Ia menjelaskan lebih menjagokan Patbhe atau SMA Budi Mulia Dua (BMD).
“Sangat bersyukur bisa juara dengan persiapan sangat mepet. Kami terbantu dengan mental juara yang dimiliki pemain, serta semangat tempur yang luar biasa dari mereka. Kemenangan ini 100 persen milik pemain,” ujarnya.
Sementara itu pelatih Patbhe, Aryo Rumbono Dewo menyesalkan akurasi tembakan anak asuhnya kurang baik pada laga ini. Padahal mereka sudah mengawali dengan baik.
“Setelah De Britto berhasil memimpin, mental anak-anak langsung jatuh. Tembakan yang kami lancarkan pun menjadi tidak akurat. Sayang sekali tahun ini bukan milik kami,” ungkap Aryo.
Dengan hasil ini berarti SMA Kollese De Britto berhasil mengumpulkan total empat gelar juara Honda DBL Yogyakarta. Sementara SMAN 4 Yogyakarta mengumpulkan dua gelar di belakang De Britto.
0 Komentar